A. ANCAMAN
KEMATIAN ILMU PENDIDIKAN
Konsepsi
ilmu pendidikan dibangun dari dua istilah,yaitu ilmu dan pendidikan. Ilmu
merupakan organisasi sistematik dari suatu bangunan pengetahuan beserta
pengembangannya. Pada umumnya ilmu diperoleh melalui observasi dan
eksperimentasi secara ilmiah. Dalam arti luas, ilmu mencakup semua pengetahuan
termasuk matematika dan filsafat. Sedangkan dalam pengertian umum pendidikan
merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat dan kebudayaan.
Memasuki
era mazhab, guru bidang studi, ilmu pendidikan mengalami ancaman yang luar
biasa. Berbagai program studi yang tergabung dalam ranah ilmu pendidikan
(sosiologi pendidikan, administrasi pendidikan, atau manajemen pendidikan,
filsafat pendidikan, kurikulum dan pengajaran, atau kurikulum dan teknologi
pendidikan, pendidikan luar sekolah dan sejenisnya) dihanguskan karena semua
perguruan tinggi hanya menerima bidang studi murni. Bersamaan dengan itu maka muncul
adagium (pepatah) bahwa “ilmu pendidikan telah mati”, sehingga disiplin
pendidikan akhirnya menjelma sebagai mata kuliah biasa bukan sebagai bidang
studi atau jurusan.
Melihat
fenomena seperti itu, maka muncul bersamaan sebuah perlawanan, karena makin
nyata banyak orang yang bekerja di bidang pendidikan, termasuk guru bertindak
dengan cara tanpa ilmu pendidikan. Saat ini makin marak pada jenjang setara 2,
meski sebagian terkesan asal-asalan: asal ada mahasiswanya, asal terdaftar
sebagai mahasiswa, asal ada tesis meski melalui jawa joki, asal lulus dsb.
Praktek
kependidikan tanpa ilmu pendidikan pun ternyata menerima banyak kritik dari
kalangan praktisi dan pengamat. Muncul tudingan kuat, sekolah-sekolah hanya
menggiring anak-anak cerdas secara intelektual, tetapi sangat langkah mereka
yang berbudi. Kemudian muncul harapan baru untuk menggunakan ilmu pendidikan
sebagai dasar menata afektif anak didik, sementara bidang studi berfokus pada
kecerdasan intelektual.
Lembaga
pendidikan saat ini makin marak bersaing. Siswa taman kanak-kanak (TK) yang
didelegasikan sebagai wahana bermain, sebagian bermetamorfosis menjadi wahana
belajar. Hal ini dikarenakan belakangan diketahui bahwa diam-diam Sekolah Dasar
(SD) menjadikan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sebagai dasar
seleksi, khususnya pada sekolah-sekolah yang relatif kompetitif. Calon siswa
yang tidak memiliki bekal dasar semacam itu, akhirnya tersortir dan masuk sekolah
yang tidak menjadi pilihan utamanya. Sehingga ketika memasuki SD pun sebagian
anak didik kita telah belajar dari tekanan psikologis yaitu masuk sekolah yang
bukan pilihan utamanya, dan biasanya berlanjut sampai perguruan.
Tindakan
semacam ini ada nilai positifnya. Sejak awal anak-anak telah diajak tampil
kompetitif, jika tidak mereka akan tersortir. Dalam hal ini merupakan pukulan
awal bagi mereka untuk kelak menjadi manusia berpendidikan. Fenomena semacam
ini sadar atau tidak sadar dilegitimasi oleh pelaku pendidikan di sekolah.
Disatu sisi sekolah mengajarkan kompetitif, tapi disisi lain dapat menumbuh
suburkan kesenjangan sosial, yang seolah-olah sebagai hukum alam yang mendasar.
Akhirnya sejak awal anak-anak sudah mengenal ekonomi yang mengedepankan imbalan
atas prestasi dan hukuman atas kinerja di bawah standar.
B. ILMU DAN KETRAMPILAN PENDIDIKAN
Ilmu
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta memproses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Ilmu pendidikan secara pedagonik juga
bermakna proses, cara, dan perbuatan mendidik. Mendidik itu sendiri berkaitan
dengan upaya meningkatkan pengetahuan, pengertian, kesadaran dan toleransi pada
diri pembelajar. Mendidik juga dimaksudkan untuk meningkatkan “questionong
skill” dan kemampuan menganalisis fenomena kependidikan.
Ilmu
pendidikan menjadi basis dasar setiap perilaku kependidikan dan terutama pembelajaran
dalam rangka membangun kedewasaan individu dengan sistem, prosedur, dan
substansi yang benar secara manusiawi. Meningkatkan dan mengembangkan
kedewasaan individu melalui pendidikan sejatinya adalah “pengubahan sikap dan
tata laku seseorang”. Namun pmikiran ini bisa salah apabila salah
penafsiran/penafsiran sepihak, misalnya: dari sisi pandang guru semata,
masyarakat semata, atau siswa semata. Dalam pemikiran berkaitan dengan
pengubahan tingkah laku harus jelas: (a) dengan cara apa, seperti apa, oleh
siapa, (b) sesuai dengan keinginan siapa, (c) untuk memperoleh keuntungan bagi
siapa, (d) atas dasar keseragaman atau keberagaman seperti apa. Membangun
manusia seutuhnya melalui pendidikan menjadi keniscahyaan untuk menghargai
kreativitas dan pemikiran individu, agar pelaku kependidikan dapat membuat
sesuatu yang baru dan lebih baik, tidak hanya sekedar menyalin dari praktek
kependidikan ditempat lain. Menurut N. Chacon (2002) dalam rangka pengembangan
kemampuan dan ketrampilan kependidikan juga perlu upaya mengembangkan etika
profesi guru, dengan mengemaskan program dari beberapa dimensi, antara lain:
1. Penguasaan substansi pengajaran dan
pembelajaran, meliputi ilmu pengetahuan, budaya, ketrampilan, nilai, dan sikap
dalam integrasi sekolah dan pendidikan.
2. Penguasaan dimensi, teori dan praktek kependidikan,
khususnya berkaitan dengan nilai-nilai humanistik dan etika profesi.
3. Penguasaan program pendidikan berbasis proses
dan hasil dalam keseluruhan perilaku pekerjaan kependidikan.
4. Pengusaan metode proses pengembangan kegiatan
belajar dengan menggunakan perangkat teknologi.
C. RANAH ILMU
PENDIDIKAN
Ilmu
pendidikan esensinya adalah ilmu yang dibangun, dikembangkan, dan diaplikasikan
di dunia pendidikan. Awalnya, tindakan pendidikan ditafsirkan sebagai aplikasi
praktis semata. Belakangan ini ilmu pendidikan telah berkembang sebagai
disiplin ilmu yang matang setara dengan ilmu-ilmu lain dilihat dari prosedur
dan strategi pengembangannya.
Dalam
makna umum ilmu pendidikan terdiri dari dua ranah, yaitu ilmu pendidikan
teoritis dan ilmu pendidikan praktis. Ilmu pendidikan teoritis berkaitan
tentang teori-teori pendidikan. Ilmu pendidikan praktis berkaitan dengan
aplikasi ilmu dalam praktik kependidikan objek studi ilmu pendidikan adalah
berbagai aspek interaksi psikologi-sosial budaya antara guru dan siswa. Dalam
hal ini, siswa atau peserta didik adalah sebagai subjek dengan segala
karakteristik pribadi, kebutuhan, aspirasi serta nilai-nilai yang dianutnya.
Menurut Engkoswara (1997) objek studi ilmu pendidikan mempunyai lima komponen
inti, yaitu:
1. Kurikulum
2. Kegiatan belajar
3. Perbuatan mendidik dan mengajar
4. Lingkungan pendidikan
5. Penilaian pendidikan
D. ILMU DAN PROSES KERJA PENDIDIKAN
Ilmu
pendidikan tidak hanya berkuat pada ilmu dan seni mengajar, melainkan ada
hubungannya dengan pembentukan generasi baru, yaitu pengaruh pendidikan sebagai
sistem yang bermuara pada pengembangan individu atau peserta didik. Penekanan
pada aspek pengajaran terus menerus dari proses asimilasi merupakan upaya
intelektual yang intensif pada diri siswa. Karena itu, proses pendidikan dalam
kerangka aplikasi ilmu pendidikan juga didefinisikan sebagai proses pendidikan
dan pengajaran secara keseluruhan dan bermuara pada pembentukan kepribadian
siswa. Dalam proses ini hubungan aktif dan sosial yang dibangun antara guru dan
siswa melahirkan pengaruh timbal balik mereka untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Dalam
kerangka analisis proses menjadi penting untuk mempertimbangkan beberapa
prinsip yang memandu proses itu berlangsung. Proses pendidikan sejati di pandu
oleh kesatuan karakter ilmiah dan idiologis ini menyoroti bahwa setiap proses
pendidikan harus terstruktur berdasarkan temuan yang paling maju di bidang
sains kontenporer dan dalam korespondensi total dengan ideologi kita. Selain
itu prinsip hubungan sekolah dan kehidupan didasarkan pada dua aspek penting:
kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia.
Dengan
demikian, setiap konten yang pembelajar ambil di sekolah harus berguna dalam
kehidupan sehari-hari, kini dan kelak. Prinsip lain yang berorientasi proses
ini adalah salah satu yang mengkombinasikan karakter kolektif dan individual
pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa. Ini berarti bahwa,
jika pendidikan terjadi dalam konteks sekelompok orang, yang dikumpulkan sesuai
dengan kriteria yang berbeda dan mengadopsi karakteristik tertentu.
Prinsip
berikutnyaadalah merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembangan
proses, karena didasrkan pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan
pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya.
Pendidikan dan pengajaran tidak identik dengan kesatuan dialektis, karena itu
kedua istilah (pendidikan dan pengajaran) tidak dapat dipertukarkan, namun
saling melengkapi. Jadi, ketika seseorang menempuh pendidikan dia harus
menjalani proses pembelajaran yang baik. Dengan menjalani proses pembelajaran
yang baik, seseorang akan mencapai keterdidikan, dalam makna terwujudnya
pencapaian jaminan pengembangan pribadi.
Prinsip
terakhir dari proses pedagogis adalah, bahwa masing-masing subsistem aktivitas,
komunikasi dan kepribadian saling terkait satu sama lain. Misalnya, aspek
kepribadian dibentuk dan dikembangkan atas aktivitas, dan melalui proses
komunikasi. Sepanjang seluruh hidupnya, siswa menjalankan sejumlah besar
kegiatan dan berkomunikasi terus menerus.
Online casino site – play with friends – Lucky Club
BalasHapusIn this online casino slot machine, you will be able luckyclub.live to play with friends – all in one place. On your screen, you can choose from various virtual