Rabu, 13 November 2013

ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN





A.  ANCAMAN KEMATIAN ILMU PENDIDIKAN
Konsepsi ilmu pendidikan dibangun dari dua istilah,yaitu ilmu dan pendidikan. Ilmu merupakan organisasi sistematik dari suatu bangunan pengetahuan beserta pengembangannya. Pada umumnya ilmu diperoleh melalui observasi dan eksperimentasi secara ilmiah. Dalam arti luas, ilmu mencakup semua pengetahuan termasuk matematika dan filsafat. Sedangkan dalam pengertian umum pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.
Memasuki era mazhab, guru bidang studi, ilmu pendidikan mengalami ancaman yang luar biasa. Berbagai program studi yang tergabung dalam ranah ilmu pendidikan (sosiologi pendidikan, administrasi pendidikan, atau manajemen pendidikan, filsafat pendidikan, kurikulum dan pengajaran, atau kurikulum dan teknologi pendidikan, pendidikan luar sekolah dan sejenisnya) dihanguskan karena semua perguruan tinggi hanya menerima bidang studi murni. Bersamaan dengan itu maka muncul adagium (pepatah) bahwa “ilmu pendidikan telah mati”, sehingga disiplin pendidikan akhirnya menjelma sebagai mata kuliah biasa bukan sebagai bidang studi atau jurusan.
Melihat fenomena seperti itu, maka muncul bersamaan sebuah perlawanan, karena makin nyata banyak orang yang bekerja di bidang pendidikan, termasuk guru bertindak dengan cara tanpa ilmu pendidikan. Saat ini makin marak pada jenjang setara 2, meski sebagian terkesan asal-asalan: asal ada mahasiswanya, asal terdaftar sebagai mahasiswa, asal ada tesis meski melalui jawa joki, asal lulus dsb.
Praktek kependidikan tanpa ilmu pendidikan pun ternyata menerima banyak kritik dari kalangan praktisi dan pengamat. Muncul tudingan kuat, sekolah-sekolah hanya menggiring anak-anak cerdas secara intelektual, tetapi sangat langkah mereka yang berbudi. Kemudian muncul harapan baru untuk menggunakan ilmu pendidikan sebagai dasar menata afektif anak didik, sementara bidang studi berfokus pada kecerdasan intelektual.

Lembaga pendidikan saat ini makin marak bersaing. Siswa taman kanak-kanak (TK) yang didelegasikan sebagai wahana bermain, sebagian bermetamorfosis menjadi wahana belajar. Hal ini dikarenakan belakangan diketahui bahwa diam-diam Sekolah Dasar (SD) menjadikan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sebagai dasar seleksi, khususnya pada sekolah-sekolah yang relatif kompetitif. Calon siswa yang tidak memiliki bekal dasar semacam itu, akhirnya tersortir dan masuk sekolah yang tidak menjadi pilihan utamanya. Sehingga ketika memasuki SD pun sebagian anak didik kita telah belajar dari tekanan psikologis yaitu masuk sekolah yang bukan pilihan utamanya, dan biasanya berlanjut sampai perguruan.
Tindakan semacam ini ada nilai positifnya. Sejak awal anak-anak telah diajak tampil kompetitif, jika tidak mereka akan tersortir. Dalam hal ini merupakan pukulan awal bagi mereka untuk kelak menjadi manusia berpendidikan. Fenomena semacam ini sadar atau tidak sadar dilegitimasi oleh pelaku pendidikan di sekolah. Disatu sisi sekolah mengajarkan kompetitif, tapi disisi lain dapat menumbuh suburkan kesenjangan sosial, yang seolah-olah sebagai hukum alam yang mendasar. Akhirnya sejak awal anak-anak sudah mengenal ekonomi yang mengedepankan imbalan atas prestasi dan hukuman atas kinerja di bawah standar.

B.  ILMU DAN KETRAMPILAN PENDIDIKAN
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta memproses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Ilmu pendidikan secara pedagonik juga bermakna proses, cara, dan perbuatan mendidik. Mendidik itu sendiri berkaitan dengan upaya meningkatkan pengetahuan, pengertian, kesadaran dan toleransi pada diri pembelajar. Mendidik juga dimaksudkan untuk meningkatkan “questionong skill” dan kemampuan menganalisis fenomena kependidikan.
Ilmu pendidikan menjadi basis dasar setiap perilaku kependidikan dan terutama pembelajaran dalam rangka membangun kedewasaan individu dengan sistem, prosedur, dan substansi yang benar secara manusiawi. Meningkatkan dan mengembangkan kedewasaan individu melalui pendidikan sejatinya adalah “pengubahan sikap dan tata laku seseorang”. Namun pmikiran ini bisa salah apabila salah penafsiran/penafsiran sepihak, misalnya: dari sisi pandang guru semata, masyarakat semata, atau siswa semata. Dalam pemikiran berkaitan dengan pengubahan tingkah laku harus jelas: (a) dengan cara apa, seperti apa, oleh siapa, (b) sesuai dengan keinginan siapa, (c) untuk memperoleh keuntungan bagi siapa, (d) atas dasar keseragaman atau keberagaman seperti apa. Membangun manusia seutuhnya melalui pendidikan menjadi keniscahyaan untuk menghargai kreativitas dan pemikiran individu, agar pelaku kependidikan dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik, tidak hanya sekedar menyalin dari praktek kependidikan ditempat lain. Menurut N. Chacon (2002) dalam rangka pengembangan kemampuan dan ketrampilan kependidikan juga perlu upaya mengembangkan etika profesi guru, dengan mengemaskan program dari beberapa dimensi, antara lain:
1.   Penguasaan substansi pengajaran dan pembelajaran, meliputi ilmu pengetahuan, budaya, ketrampilan, nilai, dan sikap dalam integrasi sekolah dan pendidikan.
2.  Penguasaan dimensi, teori dan praktek kependidikan, khususnya berkaitan dengan nilai-nilai humanistik dan etika profesi.
3.  Penguasaan program pendidikan berbasis proses dan hasil dalam keseluruhan perilaku pekerjaan kependidikan.
4.  Pengusaan metode proses pengembangan kegiatan belajar dengan menggunakan perangkat teknologi.
C. RANAH ILMU PENDIDIKAN
Ilmu pendidikan esensinya adalah ilmu yang dibangun, dikembangkan, dan diaplikasikan di dunia pendidikan. Awalnya, tindakan pendidikan ditafsirkan sebagai aplikasi praktis semata. Belakangan ini ilmu pendidikan telah berkembang sebagai disiplin ilmu yang matang setara dengan ilmu-ilmu lain dilihat dari prosedur dan strategi pengembangannya.
Dalam makna umum ilmu pendidikan terdiri dari dua ranah, yaitu ilmu pendidikan teoritis dan ilmu pendidikan praktis. Ilmu pendidikan teoritis berkaitan tentang teori-teori pendidikan. Ilmu pendidikan praktis berkaitan dengan aplikasi ilmu dalam praktik kependidikan objek studi ilmu pendidikan adalah berbagai aspek interaksi psikologi-sosial budaya antara guru dan siswa. Dalam hal ini, siswa atau peserta didik adalah sebagai subjek dengan segala karakteristik pribadi, kebutuhan, aspirasi serta nilai-nilai yang dianutnya. Menurut Engkoswara (1997) objek studi ilmu pendidikan mempunyai lima komponen inti, yaitu:
1.  Kurikulum
2.  Kegiatan belajar
3.  Perbuatan mendidik dan mengajar
4.  Lingkungan pendidikan
5.  Penilaian pendidikan

D.  ILMU DAN PROSES KERJA PENDIDIKAN
Ilmu pendidikan tidak hanya berkuat pada ilmu dan seni mengajar, melainkan ada hubungannya dengan pembentukan generasi baru, yaitu pengaruh pendidikan sebagai sistem yang bermuara pada pengembangan individu atau peserta didik. Penekanan pada aspek pengajaran terus menerus dari proses asimilasi merupakan upaya intelektual yang intensif pada diri siswa. Karena itu, proses pendidikan dalam kerangka aplikasi ilmu pendidikan juga didefinisikan sebagai proses pendidikan dan pengajaran secara keseluruhan dan bermuara pada pembentukan kepribadian siswa. Dalam proses ini hubungan aktif dan sosial yang dibangun antara guru dan siswa melahirkan pengaruh timbal balik mereka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam kerangka analisis proses menjadi penting untuk mempertimbangkan beberapa prinsip yang memandu proses itu berlangsung. Proses pendidikan sejati di pandu oleh kesatuan karakter ilmiah dan idiologis ini menyoroti bahwa setiap proses pendidikan harus terstruktur berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains kontenporer dan dalam korespondensi total dengan ideologi kita. Selain itu prinsip hubungan sekolah dan kehidupan didasarkan pada dua aspek penting: kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia.
Dengan demikian, setiap konten yang pembelajar ambil di sekolah harus berguna dalam kehidupan sehari-hari, kini dan kelak. Prinsip lain yang berorientasi proses ini adalah salah satu yang mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa. Ini berarti bahwa, jika pendidikan terjadi dalam konteks sekelompok orang, yang dikumpulkan sesuai dengan kriteria yang berbeda dan mengadopsi karakteristik tertentu.
Prinsip berikutnyaadalah merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembangan proses, karena didasrkan pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya. Pendidikan dan pengajaran tidak identik dengan kesatuan dialektis, karena itu kedua istilah (pendidikan dan pengajaran) tidak dapat dipertukarkan, namun saling melengkapi. Jadi, ketika seseorang menempuh pendidikan dia harus menjalani proses pembelajaran yang baik. Dengan menjalani proses pembelajaran yang baik, seseorang akan mencapai keterdidikan, dalam makna terwujudnya pencapaian jaminan pengembangan pribadi.
Prinsip terakhir dari proses pedagogis adalah, bahwa masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi dan kepribadian saling terkait satu sama lain. Misalnya, aspek kepribadian dibentuk dan dikembangkan atas aktivitas, dan melalui proses komunikasi. Sepanjang seluruh hidupnya, siswa menjalankan sejumlah besar kegiatan dan berkomunikasi terus menerus.         

1 komentar:

  1. Online casino site – play with friends – Lucky Club
    In this online casino slot machine, you will be able luckyclub.live to play with friends – all in one place. On your screen, you can choose from various virtual

    BalasHapus